Halaman

Senin, 08 Oktober 2012

PENATAAN SANGGUL



SERBA-SERBI SANGGUL






 Sejarah Sanggul
Sanggul adalah rambut tambahan yang diberi dasar berbentuk bulat seperti tatakan gelas agak kecil, yang dibuat dari kain gaas, kadang-kadang berbentuk  oval atau bulat kecil.
Rambut tambahan (palsu) tersebut bisa dibentuk bermacam-macam sanggul yang dikenal oleh semua ibu-ibu sebagai sanggul tempel.
Tidak hanya dipakai oleh ibu-ibu, akan tetapi pada zaman sekarang ini sudah banyak pula remaja putri yang menggunakan sanggul atau rambut tambahan ini sebagai penunjang enampilannya.
Selain  sanggul ada juga rambut tambahan yang biasa untuk dipasang lepas yang disebut sanggul
Sanggul dapat berbentuk  full sanggul  dan half sanggul.
Half sanggul  adalah rambut palsu dengan bentuk setengah kepala jadi dasar (kopnya).
Biasanya half-sanggul dipakai oleh wanita-wanita untuk menambah rambutnya yang kelihatan tipis, selain itu juga untuk menutup kebotakan dan mengikuti mode.
Sedangkan full sanggul adalah rambut palsu dengan tatakan dasar satu kepala sehingga bila dipakai, rambut aslinya tidak terlihat.
Seiring dengan hal di atas maka istilah sanggul adalah berasal dari kata peri sanggul, yaitu rambut buatan yang digunakan sebagai penutup sekaligus penghias kepala.
Sejak dahulu kala, sanggul juga digunakan untuk keperluan seremonial, sebagai identitas profesi, untuk keperluan panggung, untuk penyamaran diri dan untuk meningkatkan penampilan.
Sebagai pelindung kepala dari sengatan terik matahari, sebagai penghias dan lambang status sosial.
Sanggul sudah digunakan sejak zaman Mesir Purba sekitar 4000 tahun lalu.
Hal tersebut di atas disebabkan oleh keperluan keagamaan, panasnya udara, dan pertimbangan kebersihan, pria dan wanita Mesir Purba memiliki kebiasaan mencukur bersih rambut kepalanya.
Namun kita juga mengetahui bahwa dikalangan para bangsawannya, bangsa Mesir Purba memiliki rasa estetika yang tinggi.
Dengan memakai sanggul atau peri sanggul, yaitu bentuk sanggul dengan panjang rambut di bawah bahu, kebutuhan kesehatan, identitas status sosial, dan kesempurnaan penampilan sekaligus terpenuhi.
Di zaman itu, sanggul banyak dibuat dari serat daun palma, dari bulu binatang dan dari rambut manusia.
Dikalangan kaum berada, sanggul dihiasi dengan untaian emas dan permata.
Makin besar ukuran sanggul dan makin mahal bahan pembuatannya, makin tinggi status sosial pemakainya.
Hanya para pendeta dan para budak yang dilarang memakai sanggul.
Pada mulanya, para pembuat sanggul tidak berusaha menciptakan sanggul yang menyerupai rambut asli manusia.
Baru pada akhir abad XVI, sanggul mulai mendapat bentuk yang lebih mengarah kepada keindahan penampilan.
Ketika Raja Perancis Louis XIII yang mengalami kebotakan naik tahta, sanggul mulai banyak digunakan di istana.
Terlebih lagi ketika putranya Louis XIV naik tahta ditahun 1643 dan juga mengalami kebotakan, maka pemakaian sanggul seakan memasuki zaman keemasannya.
Louis VIV memiliki begitu banyak sanggul dan dipakainya setiap saat berada diluar kamar tidurnya.
Ia memakai sanggul khusus untuk bangun tidur, sanggul untuk misa, sanggul sehabis makan siang, sanggul sehabis makan malam, sanggul untuk berburu dan seterusnya, sehingga orang berkata, bahwa sepanjang hidupnya, Louis XIV tidak pernah terlihat tanpa mengenakan sanggul.
Meskipun sanggul juga sudah digunakan dibeberapa negara Eropa, bahkan sebuah sanggul dengan variasi rumit pernah ditemukan di tempat pemakaman zaman tembaga di Denmark (1500-800 SM), namun kedudukan Perancis sebagai pusat kegiatan diplomatik dan perkembangan mode zaman itu, memberi pengaruh besar bagi popularitas pemakaian sanggul di negara-negara Eropa lainnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar